Minggu, 19 Juni 2011

GEOLOGI DAN PROSPEK GEOWISATA PERBUKITAN JIWO, BAYAT, KLATEN,JAWA TENGAH

Perbukitan Jiwo, Bayat merupakan satu diantara tiga tempat di Pulau Jawa di mana batuan berumur pre-tersier dan paleogen tersingkap disamping daerah Luk Ulo, Karangsambung dan Ciletuh, Jawa Barat, selain itu di daerah ini tersingkap tiga jenis batu-an; batuan metamorfik, batuan beku dan batuan sediment yang beberapa dapat dijadikan situs geowisata. Situs geowisata berupa singkapan-singkapan batuan spesifik serta yang memperlihatkan hubungan antar formasi batuan dan cirri-ciri masing-masing batuan ter-dapat di Dusun Bendungan, Sekarbolo, Watuprahu, Bukit Temas dan Bukit Jokotuwo. Batuan tertua yang terdapat di daerah ini adalah Litodem Filit berumur pre-Tersier terdiri atas filit, sekis mika, sekis klorit dan marner; secara tidak selaras batuan pre-tersier ditu-tup oleh Formasi Gamping-Wungkal yang berumur Eosin. Formasi-formasi batuan terse-but di atas diterobos oleh intrusi basaltic orogenik berumur 39.8, 33.2 dan 31,3 Ma atau Eosin Akhir hingga Oligosin Awal yang disebut Litodem Gabro. Sementara Formasi Oyo yang disusun oleh perlapisan kalkarenit dan napal berumur Miosen Tengah secara tidak selaras menutup Litodem Filit, Formasi Gamping-Wungkal dan Litodem Gabro. Situs-si-tus geowisata di perbukitan Jiwo tersebut merupakan tempat ideal untuk obyek geowi-sata sebagai pembelajaran lapangan ilmu kebumian bagi pelajar, mahasiswa, hingga para pakar ilmu kebumian.
Perbukitan Jiwo, Bayat terletak duapuluh kilometer sebelah selatan kota Klaten, secara administratif termasuk wi-layah Kecamatan Bayat dan Kecamatan Wedi, sedangkan secara geografis ter-letak antara : 110°36’33’’ BT - 110°41’ 24’’ BT dan 7°43’57’’ LS - 7°49’20’’ LS. Daerah di mana batuan berumur pre-ter-sier dan paleogen tersingkap ini meru-pakan perbukitan yang lebih dikenal de-ngan nama perbukitan Jiwo Barat dan Jiwo Timur, yang keduanya dipisahkan o-leh sungai Dengkeng. Perbukitan ini me-rupakan perbukitan terisolir yang dikeli-lingi oleh dataran aluvial. Secara fisiogra-fi dataran aluvial dengan bukit-bukit teri-solir tersebut termasuk dalam zona de-presi tengah Jawa Timur (van Bemme-len, 1949). Satuan fisiografi ini di sebelah selatan dibatasi oleh rangkaian Pegu-nungan Selatan yang di daerah ini dike-nal dengan Baturagung Range. Perbu-kitan Jiwo Barat terdiri dari Bukit Jabal-kat, Bukit Cakaran, Bukit Merak, Bukit Tugu, Bukit Sari, Bukit Budo, dan Bukit Kebo di Jiwo Barat, serta Bukit Temas, Bukit Jokotuwo, Bukit Pendul, dan Bukit Konang, Bukit Semangu di Jiwo Timur.
Batuan metamorfis, batuan karbonat, dan batuan sedimen terigen yang di-terobos oleh beberapa dike gabroik tersingkap dengan baik di beberapa tempat di Perbukitan Jiwo Barat maupun Jiwo Timur. Seperti umumnya di daerah ber-iklim tropis, sebagian besar batuan segar didaerah ini tertutup oleh tanah pelapuk-an yang cukup tebal, sementara budidaya pertanian dan penghijauan juga me-nyebabkan singkapan batuan segar yang masih ada semakin berkurang.
Banyak ahli geologi yang melakukan penelitian di daerah Bayat, antara lain: Bothe (1929), membuat stratigrafi daerah Perbukitan Jiwo serta mengusulkan nama Formasi Wungkal dan Formasi Gamping yang berumur Eosen; Sunu So-mosusastro (1956), meneliti secara lebih detil geologi perbukitan Jiwo Timur; ka-jian biostratigrafi pernah dilakukan oleh Sumarso dan Ismojowati (1974); Soeria Atmadja et al (1991) dan Sutanto et al (1994), meneliti batuan volkanik di Pulau Jawa termasuk diantaranya umur secara radiometrik (metode penanggalan isoto-pik K/Ar) beberapa batuan beku di daerah Bayat dan sekitarnya. 
                                            Gambar . Peta Geologi daerah Bayat (Prasetyadi, 2007)

                   Gambar. Kronostratigrafi Jawa Tengah selatan (termasuk Bayat)(Prasetyadi & Indranadi, 2007).


Secara umum daerah bayat memiliki satuan batuan :


  1. Satuan batuan pra-tersier
  2. Satuan Batuan Paleogen (Eosen)
  3. Kontak dengan Satuan Batuan Lain
Sumber : IAGEOUPN. 2010. Guide Book Field Trip Bayat-Karangsambung IAGEOUPN. Yogyakarta : Ikatan Alumni Geologi UPN

Prasetyadi . 2007 . Evolusi tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, disertasi ITB, tidak dipublikasikan
http://earthy-moony.blogspot.com/2011/02/geologi-daerah-perbukitan-jiwo-bayat.html







Senin, 06 Juni 2011

Sejarah Geomorfologi dan Proses Tektonik yang Membentuk Pulau Sulawesi


Profesor John A. Katili, ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi  bahwa terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur  bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah
satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Sederhananya boleh dikata bahwa busur Sulawesi Barat lebih vulkanis, dengan banyak gunung berapi aktif di Sulawesi Utara dan vulkan mati di Sulawesi Selatan. Sedangkan busur Sulawesi Timur, tidak ada sisa-sisa vulkanisme, tapi lebih kaya mineral. Sumber-sumber minyak dan gas bumi dari zaman Tertiary tersebar di kedua busur itu, terutama di Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone, serta di Selat Makassar.
Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang bergulung gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa sudut dan arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan pemandangan seperti di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung seperti kerucut dikelilingi areal  persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), kita sulit menemukan hamparan tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak kelompok etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok menyempal dari kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah lembah atau dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan tahun, mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan berbagai jenis bahan galian.Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan Sungai Karama.
Juga di Sulawesi Barat sebelah utara, dimana terdapat tambang batubara dan banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur), yang ilmunya ditularkan ke pandai besi asal Toraja, yang selanjutnya menularkannya ke pandai besi Bugis. Guratan besi-nikel itu dikenal sebagai pamor Luwu atau pamor Bugis oleh empu penempa keris di Jawa, dan membuat Kerajaan Luwu kuno dikenal sebagai pengekspor besi Luwu. Di masa kini, salah satu pusat konsentrasi pandai besi Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun banyak terdapat di pinggang Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan bijih tembaga.

Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
EOSEN ( 65-40 juta tahun yang lalu )
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju Borneo ( sekarang bernama Kalimantan ). Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru.

MIOSEN ( 40-20 juta tahun yang lalu )



Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya ( daratan utara dan selatan ). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
PLIOSEN ( 15-6 juta tahun yang lalu )



Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.

PLITOSEN ( 4-2 juta tahun yang lalu )
Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi ( sekarang dikenal dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter pertahun.  Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode permukaan laut rendah, mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene dan sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100 m. akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian, suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).  Pergerakan kerak bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah ke utara bertemu dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah selatan. meskipun pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7 sentimeter per tahun, namun sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik kerak bumi. Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng menjadi labil dan rapuh. Dari sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik. Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada, membentuk struktur geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan. Dari sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu bergerak. Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan energi relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik yang kemudian disusul tsunami.
1. Karakteristik Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
  1. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
  2. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
  3. Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
  1. A. Orogenese di bagian Sulawesi Utara\]
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
  1. B. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut :
  1. Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
  2. Jalur Tengah disebut Zone Poso
  3. Jalur Barat disebut Zone Palu

Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur.Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano – diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
  1. Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak
kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang Besi.

2. Geologi sulawesi
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100) Secara rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :

  1. Lengan Utara Sulawesi
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
  1. Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan soputan.
  2. Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto :
  3. Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )

  1. Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah
  1. Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
  2. Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
  3. Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
  4. Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
  1. Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
  2. Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
  3. Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
  4. Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006 : 103 ).
Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone

  1. Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan (Sutardji, 2006:104).
Ketiga zona tersebut adalah :
  1. Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
  2. Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
  3. Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104).

Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.

Selasa, 22 Maret 2011

Senin, 27 Desember 2010

Petroleum Geochemistry

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH GEOKIMIA UMUM ( TKG216 )
TERJEMAHAN PAPER “Petroleum Geochemistry”







Oleh :

Adityo Yudha Prabowo
H1F009024


KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK – PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2010

BAB I
PENGEMBANGAN GEOKIMIA MINYAK BUMI DAN GEOLOGI
Geokimia Minyak bumi adalah penerapan prinsip-prinsip kimia mempelajari, migrasi akumulasi asal, dan perubahan minyak serta penggunaan pengetahuan ini dalam eksplorasi dan pemulihan minyak dan gas. Lebih dari 100 tahun penyelidikan dan penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar minyak dunia berasal dari dekomposisi dari bahan organik yang diendapkan dalam cekungan sedimen. Pengamatan lapangan ahli geologi di akhir abad ke-19 menyebabkan ide bahwa minyak berasal dari serpih bitumen dan bermigrasi ke dalam batupasir. Teori rasio karbon-konsep geokimia pertama yang terkait minyak dan gas akumulasi untuk methamorphism. Ladang minyak memberi jalan untuk gas dimana kandung karbon tetap batubara melebihi 60%, dan ladang gas tidak dapat ditemukan dimana nilai melebihi 70%. Batuan asal saat ini didefinisikan sebagai belum matang(muda), dewasa, atau tua, untuk generasi minyak dan gas, berdasarkan sejumlah indikator kematangan, dimana reflektansi vitrinit adalah yang paling banyak digunakan. Eksplorasi yang sukses tergantung pada terjadinya simultan dari tiga faktor independen :
1. Keberadaan perangkap (struktur, reservoir, segel),
2. Akumulasi muatan minyak bumi (sumber, pematangan, migrasi ke waktu, perangkap) dan
3. Kelestarian perminyakan terperangkap (sejarah Thermal, invasi air meteorik).
Probabilitas keberhasilan dalam menemukan minyak bumi adalah produk dari probabilitas dari ketiga faktor ini. Fasies organik subdivisi dipetakan dalam unit stratigrafi, yang dibedakan dari subdivisi berdekatan oleh karakter bahan organik mereka. Fasies organik yang berbeda menghasilkan dan mengeluarkan jumlah yang berbeda dalam hal jenis minyak dan gas. Depresi Pertoleum generatif adalah daerah di mana kaya oleh sumber organik yang terkubur pada suhu yang cukup tinggi untuk menghasilkan dan mengeluarkan minyak bumi dalam jumlah besar. Prospek membutuhkan pemodelan penilaian seluruh proses generasi hidrokarbon, pengeluaran, migrasi, perangkap, dan pengawetan.

BAB II
KARBON DAN ASAL KEHIDUPAN


Karbon (dari carbo, yang berarti "arang") adalah pada kelompok keempat dari tabel periodik unsur, yang berarti bahwa ia memiliki empat elektron pada kulit elektron terluar. Karbon tidak biasa dalam membentuk ikatan yang kuat karbon-karbon, yang tetap kuat ketika kelompok karbon menggabungkan dengan unsur-unsur lainnya. Karbon mengasumsikan konfigurasi ini dengan membentuk ikatan kovalen, yaitu dengan elektron berbagi dengan dirinya sendiri dan elemen lainnya. Keunikan karbon, yang memungkinkan untuk menjadi elemen dasar kehidupan semua, terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan dengan dirinya sendiri untuk membentuk rantai karbon yang panjang, cincin, dan kompleks, struktur dijembatani. Karbon telah menjadi struktur dasar semua kehidupan seperti yang kita tahu itu sejak awal kehidupan di bumi. Akibatnya, kimia karbon sering disebut sebagai kimia organik, sedangkan kimia semua unsur lainnya disebut kimia anorganik. Karbon merupakan unsur terbanyak dibumi, khususnya di kerak bumi. Bumi diyakini setua meteorit tertua dan memimpin terestrial, sekitar 4,6 Ga (109 tahunyang lalu) (Patterson 1956).
Pada awalnya, bumi mungkin terdiri dari sekitar 90% besi, oksigen,silikon, dan magnesium dan 10% semua elemen alam lainnya. Satu model mengusulkan bahwa bumi memanas selama ini milyar tahun pertama karena energi dampak planetisimal jatuh, kompresi bumi karena gravitasi, dan disintegrasi unsur radioaktif. Kenaikan suhu menyebabkan besi mencair dan tenggelam ke pusat sedangkan bahan yang lebih ringan mengapung kepermukaan. Akibatnya, ini bumi dikonversi dari badan yang relatif homogen ke tubuh berlapis heterogen dengan inti besi padat, mantel tubuh asli, dan kerak permukaan material ringan. Dalam mengomentari model ini, Pers dan Siever menyatakan: "Diferensiasi mungkin merupakan peristiwa yang paling signifikan dalam sejarah bumi. Hal ini menyebabkan pembentukan kerak dan akhirnya benua. Diferensiasi mungkin memulai gas melepaskan diri dari interior, yang akhirnya mengarah pada pembentukan atmosfer dan samudera. Belanda menunjukkan bahwa ketidakseimbangan hanya 5% antara generasi oksigen dan konsumsi oksigen dapat menyebabkan peningkatan 50% atau penurunan kadar oksigen di atmosfer sekitar 40 juta tahun. Ini kemungkinan bahwa penyebaran tanaman tanah tinggi di Devon Tob memimpin peningkatan yang signifikan dalam O2 atmosfer. Sebagai oksigen masuk ke bagian dalam dari laut, proses lain yang dikembangkan dalam kedekatannya dengan ventilasi hidrotermal. Chemoautotrophs aerobik (bakteri pengurai bahan kimia oksigen), yang mampu mensintesis bahan organik dalam ketiadaan cahaya, menjadi aktif sebagai berikut: CO2 + O2 + 4H2S → (CH2O) + 4S + 3H2O. Proses ini bertanggung jawab bagi kelompok satwa di dasar laut, dan di sekitar pusat penyebaran mata air panas. Dalam hal evolusi, Chemoautotrophs aerobik muncul setelah oksigen yang tersedia dari fotosintesis tanaman hijau. Chemoautotrophs anaerobik, bagaimanapun seperti metanogen yang menghasilkan metana dari CO2, mungkin telah ada sejak awal Arkean. Ketersediaan hidrogen, yang merupakan kunci ke generasi minyak bumi, merupakan faktor geokimia kedua meningkatkan risiko. Akhirnya, ada kecenderungan untuk akumulasi minyak hilang dari waktu ke waktu geologi. Lopatin (1980) mengutip bukti bahwa mungkin ada akumulasi minyak bumi besar yang terbentuk selama Proterozoikum dan kemudian dihancurkan. Dia menyebutkan batu sabak hitam dengan lensa tebal dan lapisan bahan karbon graphitic di Proterozoikum Greenland barat daya, Seri Krivoy Rog Shield Ukraina dan Seri Upper Huronian The Shield Kanada. Lopatin memperkirakan bahwa mereka bisa menghasilkan lebih dari 50 miliar barel minyak. Masalahnya adalah bahwa pada 1 miliar tahun-tahun berikutnya, sebagian besar ladang minyak akan dihancurkan oleh aktivitas tektonik,yang mengakibatkan kebocoran reservoir. Hanya beberapa jejak sisa akumulasi besar sekali yang akan dibiarkan di dalam batuan bermetamorfosa. Secara ringkas, analisis sedimen Prakambrium menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kualitas sumber batuan sedimen Fanerozoikum, baik dalam jumlah kerogen atau konten hidrogen. Minyak dan gas akan terus ditemukan, khususnya dalam sedimen Prakambrium yang tidak berubah, tetapi dengan jumlah yang tidak akan menjadi besar kecuali pada batuan organik yang kaya, kerogen tidak mengalami penambahan air, dan batuan reservoir yang luar biasa terjaga dengan baik.

Rabu, 30 Juni 2010

Mineral

A

1. Albit
Rumus Kimia : NaAlSi3O8
Warna : Putih, kuning, biru, hijau.
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6½
Specific Gravity : 2.6 - 2.63
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Plagioklas
Asosiasi pada batuan : Pada batuan intermediet

2. Amethis

Rumus Kimia : SiO2
Warna : Ungu gelap
Gores : Putih
Kekerasan : 7
Specific Gravity : 2.6 - 2.7
Kilap : Vitreous
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica







3. Andesin

Rumus Kimia : (Na,Ca)Al1-2Si3-2O8
Warna : Colorless, putih, krem.
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6½
Specific Gravity : 2.66 - 2.68
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates; Tectosilicates ; Feldspar.
4. Anorthit

Rumus Kimia : CaAl2Si2O8
Warna : Colorless, putih, krem, hijau.
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6½
Specific Gravity : 2.74 - 2.76
Kilap : Vitreous
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Conchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates; Tectosilicates; Feldspar.



5. Apatit

Rumus Kimia : Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)
Warna : Colorless, putih, kuning.
Gores : Putih
Kekerasan : 5
Specific Gravity : 3.1 - 3.2
Kilap : Vitreous
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Phosphates ; True phosphates ; Apatite
6. Aragonit

Rumus Kimia : CaCO3
Warna : Colorless, putih, coklat, hijau.
Gores : Putih
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 2.9 - 3.0
Kilap : Vitreous, resinous, dull

Belahan : 3,1 - prismatic,2
Pecahan : Subconchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates; Aragonite group




7. Azurite

Rumus Kimia : Cu3(CO3)2(OH)2
Warna : Biru sampai biru gelap
Gores : Biru
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 3.7 - 3.9
Kilap : Submetallic, vitreous, atau dull
Belahan : 2,1 ; 3,2
Pecahan : Conchoidal atau splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates










B
1. Barit

Rumus Kimia : BaSO4
Warna : Colorless, putih, kuning.
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 3½
Specific Gravity : 4.3 - 4.6
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 1,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Anhydrous sulfates
2. Bismuth

Rumus Kimia : Bi
Warna : Silver sampai putih, kuning.
Gores : Silver – putih
Kekerasan : 2 - 2½
Specific Gravity : 9.7 - 9.8
Kilap : Metallic
Belahan : 2,1 - prismatic ; 3,1 - basal
Pecahan : Hackly sampai uneven
Tenacity : Brittle and slightly sectile
Kelompok : Native elements ; Semi-metallic elements
Asosiasi pada batuan :




3. Borax

Rumus Kimia : Na2B4O7 • 10H2O
Warna : Colorless, putih, abu-abu.
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 2½
Specific Gravity : 1.7
Kilap : Vitreous to dull
Belahan : 1,1
Pecahan : Conchoidal sampai earthy
Tenacity : Brittle
Kelompok : Borates ; Hydrous borates
4. Bytownit

Rumus Kimia : (Ca,Na)(Si,Al)4O8
Warna : Colorless, abu-abu, putih.
Gores : Putih
Kekerasan : 7 - Quartz
Specific Gravity : 2.7 - 2.72, Rata -rata = 2.71
Kilap : Vitreous (Glassy)
Belahan : [001] Perfect, [010] Good
Pecahan : Uneven






5. Biotit

Rumus Kimia : K (Fe, Mg)3 AlSi3 O10 (F, OH)2
Warna : Coklat sampai hitam
Gores : Putih
Kekerasan : 2.5
Specific Gravity : 2.9 - 3.4+
Kilap : vitreous to pearly
Belahan : Sempurna pada tiap lembarnya
Pecahan : Uneven
Kelompok : Micas












C

1. Calcite

Rumus Kimia : CaCO3
Warna : Umumnya putih atau colorless.
Gores : Putih
Kekerasan : 3
Specific Gravity : Rata -rata 2.7
Kilap : Vitreous sampai dull pada bentuk massive
Belahan : 3 - rhombohedrons
Pecahan : Conchoidal

2. Cerussit

Rumus Kimia : PbCO3
Warna : Colorless, putih, abu-abu, coklat.
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 3½
Specific Gravity : 6.5 - 6.6
Kilap : Fibrous
Belahan : 1,1 - prismatic
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Aragonite group



3. Chalsedony
Rumus Kimia : SiO2
Warna : Mempunyai banyak kombinasi warna
Gores : Putih
Kekerasan : 7
Specific Gravity : 2.6 - 2.7
Kilap : Vitreous, waxy, atau dull
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica group
4. Chalcopyrite
Rumus Kimia : CuFeS2
Warna : kuning sampai kuning keemasan, ungu, biru
Gores : Hitam sedikit hijau
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 4.1 - 4.3
Kilap : Metallic
Belahan : Tidak dapat dilihat engan jelas
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Simple sulfides



5. Chromite

Rumus Kimia : FeCr2O4
Warna : Coklat kehitaman, hijau.
Gores : Coklat tua
Kekerasan : 5½
Specific Gravity : 4.2 - 5.0
Kilap : Metallic atau dull
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal atau uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Multiple oxides ; Spinel group
6. Copper
Rumus Kimia : Cu
Warna : Hijau, biru, atau hitam
Gores : Copper, shny
Kekerasan : 2½ - 3
Specific Gravity : 8.93
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and Malleable
Kelompok : Native elements ; Metallic elements







7. Corundum
Rumus Kimia : Al2O3
Warna : Mempunyai banyak variasi warna
Gores : Putih
Kekerasan : 9
Specific Gravity : 3.9 - 4.1
Kilap : Vitreous sampai adamantine
Belahan : -
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Simple Oxides
8. Cyanotri
Rumus Kimia : Cu4Al2SO4(OH)12 • 2H2O
Warna : Biru
Gores : Biru
Kekerasan : 1 - 3
Specific Gravity : 2.7 - 2.8
Kilap : Silky
Belahan : -
Pecahan : Splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates





D

1. Diamond
Rumus Kimia : C
Warna : Colorless dan putih.
Gores : Putih
Kekerasan : 10
Specific Gravity : 3.1 - 3.53
Kilap : Adamantine
Belahan : 1, all sides - octahedral
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Native elements ; Nonmetallic elements
2. Diopside
Rumus Kimia : CaMgSi2O6
Warna : Hijau cerah, hijau tua, ungu, biru, abu-abu, putih, colorless
Gores : Hijau, abu-abu, putih
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 3.3 - 3.6
Kilap : Vitreous, dull
Belahan : 1,2 - prismatic at cleavage angles of 87º and 93º
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Inosilicates ; Pyroxene group
3. Dolomite
Rumus Kimia : CaMg(CO3)2
Warna : Colorless, putih, abu-abu, pink, terkadang kuning, hijau, hitam
Gores : Putih
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 2.8 - 3.0
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 1,3 - rhombohedral
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Unclassified carbonates











E


1. Ensatite
Rumus Kimia : MgSiO3
Warna : Colorless, putih, abu-abu, coklat, hijau
Gores : Putih
Kekerasan : 5- 6
Specific Gravity : 3.2
Kilap : Vitreous to pearly
Belahan : Perfect in two directions at nearly 90degrees
Pecahan : Conchoidal.
2. Epsomite
Rumus Kimia : MgSO4 • 7H2O
Warna : Colorless, abu-abu, putih
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 2½
Specific Gravity : 1.7
Kilap : Vitreous, silky, dull
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal, earthy
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates



F

1. Fluorit
Rumus Kimia : CaF2
Warna : Mempunyai banyak variasi warna
Gores : Purih
Kekerasan : 4
Specific Gravity : 3.0 - 3.3
Kilap : Vitreous
Belahan : 1, all sides - octahedral (even on cubic faces)
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Halides
2. Franklinite
Rumus Kimia : (Zn,Fe2+)(Fe3+)2O4
Warna : Hitam
Gores : Coklat kehitaman, merah kecoklatan
Kekerasan : 5½ - 6½
Specific Gravity : 5.0 - 5.2
Kilap : Metallic, submetallic
Belahan : -
Pecahan : Subconchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Multiple oxides ; Spinel group
G


1. Galena

Rumus Kimia : PbS
Warna : Steel – abu-abu
Gores : Steel – abu-abu
Kekerasan : 2½ - 3
Specific Gravity : 7.4 - 7.6 ( Murni = 7.57 )
Kilap : Metallic
Belahan : 1,3 - Cubic
Pecahan : Subconchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Simple sulfides
2. Glauberite
Rumus Kimia : Na2Ca(SO4)2
Warna : Colorless, krem, kuning.
Gores : Putih
Kekerasan : 2½ - 3
Specific Gravity : 2.7 - 2.8
Kilap : Greasy, vitreous, atau dull
Belahan : 1,1 - basal
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates


3. Gold
Rumus Kimia : Au
Warna : Kuning keemasan
Gores : Kuning keemasan
Kekerasan : 2½ - 3
Specific Gravity : 15.5 - 19.3 ( 100% emas murni = 19.3 )
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and malleable
Kelompok : Native elements ; Metallic elements
4. Graphite
Rumus Kimia : C
Warna : Abu-abu tua sampai hitam
Gores : Hitam
Kekerasan : 1 - 2
Specific Gravity : 1.9 - 2.3
Kilap : Metallic
Belahan : 1,1 - basal
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Native elements ; Nonmetallic elements







5. Gypsum
Rumus Kimia : CaSO4 • 2H2O
Warna : Colorless, putih, abu-abu, coklat, merah, pink, kuning, hijau
Gores : Putih
Kekerasan : 1½ - 2
Specific Gravity : 2.3 - 2.4
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 1,1 - micaceous ; 2,2
Pecahan : Uneven
Tenacity : Sectile and slightly flexible
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates























H


1. Halite
Rumus Kimia : NaCl
Warna : Colorless, putih, merah, kuning, orange, pink, hijau, biru, violet.
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 2½
Specific Gravity : 2.1 - 2.6
Kilap : Vitreous
Belahan : 1, semua sisi - cubic
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Halides
2. Hematite
Rumus Kimia : Fe2O3
Warna : Hitam, abu-abu, coklat.
Gores : Merah sampai coklat
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 4.9 - 5.3
Kilap : Metallic sampai dull
Belahan : -
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Simple Oxides
3. Hornblende
Rumus Kimia : Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2
Warna : Hampir semua hitam atau hijau tua
Gores : Coklat sampai abu-abu
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 2.9 - 3.4
Kilap : Vitreous to dull
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan Uneven
Tenacity :
Kelompok : Amphibole













I


1. Iron – Nickel
Rumus Kimia : Fe-Ni
Warna : Abu-abu, hitam
Gores : Hijau metallic
Kekerasan : 4-5
Specific Gravity : 7.3-7.8
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Hackly
Tenacity : Malleable and ductile
Kelompok : Native elements ; Metallic elements







J


1. Jarosite
Rumus Kimia : KFe3+3(SO4)2(OH)6
Warna : Kuning kecoklatan, coklat, orange kecoklatan
Gores : Kuning
Kekerasan : 2½ - 3½
Specific Gravity : 2.9 - 3.3
Kilap : Resinous sampai subadamantine
Belahan : 2,1 - basal
Pecahan : Conchoidal, uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates








K

1. Kernite
Rumus Kimia : Na2B4O7 • 4H2O
Warna : Colorless, putih, hijau
Gores : Putih
Kekerasan : 3
Specific Gravity : 1.9 - 2.0
Kilap : Vitreous, silky, dull
Belahan : 1,1 - prismatic
Pecahan : Splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Borates ; Hydrous borates









L



1. Labradorite
Rumus Kimia : (Ca,Na)(Si,Al)4O8
Warna : Colorless, abu-abu, putih keabu-abuan, putih, hijau cerah
Gores : Putih
Kekerasan : 7 - Quartz
Specific Gravity : 2.68 - 2.71, Rata-rata = 2.69
Kilap : Vitreous (Glassy)
Belahan : [001] Perfect, [010] Good, [110] Distinct
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
2. Linarite
Rumus Kimia : PbCu(SO4)(OH)2
Warna : Biru cerah
Gores : Biru muda
Kekerasan : 2½
Specific Gravity : 5.3 - 5.4
Kilap : Subadamantine sampai vitreous
Belahan : 1,1 ; 3,1
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates


3. Lourenswalsite


Rumus Kimia : (K,Ba)2(Ti,Mg,Ca,Fe)4(Si,Al,Fe)6O14(OH)12
Warna : Abu-abu kecoklatan, abu-abu
Gores : Putih, abu-abu
Specific Gravity : 3.17
Kilap : Pearly
Belahan : [001] Good
Pecahan : Friable












M

1. Magnesiochromite




Rumus Kimia : MgCr2O4
Warna : Hitam
Gores : Aabu-abu tua
Kekerasan : 5.5 - Knife Blade
Specific Gravity : 4.2
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Brittle – Uneven








2. Magnesit



Rumus Kimia : MgCO3
Warna : Colorless, putih, abu-abu, kuning kecoklatan
Gores : Putih
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 3.0 - 3.3
Kilap : Vitreous sampai dull
Belahan : 1,3 - rhombohedral
Pecahan : Conchoidal sampai even
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Calcite group






3. Magnetit


Rumus Kimia : Fe2+Fe3+2O4
Warna : Hitam
Gores : Hitam
Kekerasan : 5½ - 6½
Specific Gravity : 4.9 - 5.2
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Subconchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Multiple oxides ; Spinel group








4. Malachite


Rumus Kimia : Cu2CO3(OH)2
Warna : Hijau muda sampai hijau tua
Gores : Hijau muda
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 3.9 - 4.0
Kilap : Vitreous, silky, or dull
Belahan : 1,1 - basal
Pecahan : Splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates










5. Mercury


Rumus Kimia : Hg
Warna : Tin-putih
Gores : -
Kekerasan : -
Specific Gravity : 13.5
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : -
Tenacity : -
Kelompok : Native elements ; Metallic elements








N



1. Natrojarosite


Rumus Kimia : NaFe3+3(SO4)2(OH)6
Warna : Kuning kecoklatan sampai coklat
Gores : Kuning cerah
Kekerasan : 3 - 3½
Specific Gravity : 3.1 - 3.3
Kilap : Resinous to subadamantine
Belahan : 2,1 - basal
Pecahan : Conchoidal, uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfates ; Hydrous sulfates



O



1. Oligoclase


Rumus Kimia : (Na,Ca)(Si,Al)4O8
Warna : Colorless, coklat, kehijauan, abu-abu,
kekuningan
Gores : Putih
Kekerasan : 7 - Quartz
Specific Gravity : 2.64 - 2.66, rata-rata = 2.65
Kilap : Vitreous (Glassy)
Belahan : [001] Perfect, [010] Good
Pecahan : Uneven - Flat surfaces






2. Olivine


Rumus Kimia : (Mg,Fe)2SiO4
Warna : Hijau, kuning, coklat, abu-abu, putih
Gores : Colorless
Kekerasan : 6½ - 7
Specific Gravity : 3.2 - 4.2
Kilap : Vitreous
Belahan : 2,1 ; 3,1- forming a 90º angle
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates








3. Omphacite


Rumus Kimia : (Ca,Na)(Mg,Fe2+,Fe3+,Al)Si2O6
Warna : Hijau muda sampai hijau tua
Gores : Putih sampai hijau cerah
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 3.3 - 3.4
Kilap : Vitreous, dull
Belahan : 1,2 - prismatic at cleavage angles of 87º and 93º
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Inosilicates ; Pyroxene group







4. Opal


Rumus Kimia : SiO2 • nH2O
Warna : Colorless, putih, kuning, orange, merah, biru,
abu-abu, coklat, hijau, ungu
Gores : Putih
Kekerasan : 5½, <> 6½
Specific Gravity : Common Opal - 1.98 - 2.25
precious opal - 2.1 - 2.2
Kilap : Umunya vitreous, tapi ada juga pearly, waxy, or atau resinous
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica group





5. Orthoclase


Rumus Kimia : KAlSi3O8
Warna : Putih, kuning, colorless, pink, orange, coklat
biru cerah, hijau cerah, abu-abu
Gores : Putih
Kekerasan : 6
Specific Gravity : 2.6
Kilap : Vitreous sampai pearly
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
dengan sudut belah sekitar 90º
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Feldspar group ;
potassium feldspars





P



1. Pectolite


Rumus Kimia : NaCa2Si3O8(OH)
Warna : Putih, abu-abu, pink cerah, hijau cerah
Gores : Putih
Kekerasan : 5
Specific Gravity : 2.86
Kilap : Vitreous - Silky
Belahan : [001] Perfect, [100] Perfect
Pecahan : Splintery - Thin








2. Plagioclase feldspars series
Yang tergolong kelompok plagioclase adalah :
a. Anortite



b. Biownite



c. Labradorit



d. Andesine



e. Oligoclase



f. Albit





Namun, gambar dan deskripsi secara umum mengenai plagioclase adalah :



Rumus Kimia : (Na,Ca)Al1-2Si3-2O8
Warna : Putih, colorless, krem, abu-abu, kuning, orange,
Pink, hijau, biru, merah, coklat, hitam
Gores : Putih
Kekerasan : 6 - 6½
Specific Gravity : 2.6 - 2.8
Kilap : Vitreous. Pearly pada belahan permukaan
Belahan : 2,1 - basal ; 2,1 - prismatic ; 3,1 - pinacoidal
dengan sudut belah 900
Pecahan : Conchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Feldspar group























3. Platinum



Rumus Kimia : Pt
Warna : Putih sampai silver – abu-abu
Gores : Silver – abu-abu, gores bercahaya
Kekerasan : 4 - 4½ ( murni = 4.3 )
Specific Gravity : 14 - 19 ( murni = 21.4 )
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and Malleable
Kelompok : Native elements










Q



1. Quartz


Rumus Kimia : SiO2
Warna : Putih, ungu, coklat, dan colorless
Gores : Putih
Kekerasan : 7
Specific Gravity : 2.6 - 2.7
Kilap : vitreous
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Tectosilicates ; Silica group






R



1. Rammelsbergite


Rumus Kimia : NiAs2
Warna : Silver – putih, kuning, atau pink
Gores : Abu-abu
Kekerasan : 5½ - 6
Specific Gravity : 6.9 - 7.1
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Arsenides



S



1. Safflorite


Rumus Kimia : CoAs2
Warna : Silver – putih keabu-abuan
Gores : Hitam
Kekerasan : 4½ - 5½
Specific Gravity : 7.0 - 7.3
Kilap : Metallic
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Arsenides






2. Schorlomite


Rumus Kimia : Ca3(Fe3+,Ti)2(Si,Ti)3O12
Warna : Coklat kehitaman, hitam
Gores : Colorless
Kekerasan : 7 - 7½
Specific Gravity : 3.8 - 3.9
Kilap : Vitreous
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal to uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates ; Garnet group









3. Serpentinite


Rumus Kimia : X 2-3 Si 2 O 5 (OH) 4
X = Mg, Fe2+, Fe3+, Ni , Al, Zn, or Mn
Warna : Kuning, hijau, coklat, hitam, krem - putih
Gores : Putih
Kekerasan : 2 - 5
Specific Gravity : 2.5 - 3.2
Kilap : Greasy, waxy, or silky
Belahan : Tidak dapat dilihat dengan jelas
Pecahan : Conchoidal, splintery
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Phyllosilicates








4. Siderite


Rumus Kimia : FeCO3
Warna : Putih, kuning cerah, hijau, kuning kecoklatan,
Sampai coklat tua, abu-abu
Gores : Putih
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 3.7 - 3.9
Kilap : Vitreous, pearly
Belahan : 1,3 - rhombohedral
Pecahan : Conchoidal sampai even
Tenacity : Brittle
Kelompok : Carbonates ; Calcite group
5. Silver


Rumus Kimia : Ag
Warna : Silver – putih pada permukaan. Beberapa ada
pula yang berwarna kuning tua sampai hitam
Gores : Silver - putih sampai abu-abu muda. Goresnya
bercahaya
Kekerasan : 2½ - 3
Specific Gravity : 9.6 - 12.0 (Pure = 10.5)
Kilap : Metallic
Belahan : -
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile and Malleable
Kelompok : Native elements ; Metallic elements





6. Sphalerite


Rumus Kimia : ZnS
Warna : Black, brown, red, orange, yellow, green, gray
Gores : Putih
Kekerasan : 3½ - 4
Specific Gravity : 3.9 - 4.1
Kilap : Metallic, submetallic, adamantine, resinous
Belahan : 1,all sides, forming a dodecahedron
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Sulfides ; Simple sulfides









7. Sulfur


Rumus Kimia : S
Warna : Kuning cerah, kuning kecoklatan
Gores : Putih
Kekerasan : 1½ - 2½
Specific Gravity : 2.0 - 2.1
Kilap : Resinous atau dull
Belahan : 3,2
Pecahan : Conchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Native elements ; Nonmetallic elements








T



1. Tincalconite


Rumus Kimia : Na2B4O7 • 5H2O
Warna : Putih
Gores : Putih
Kekerasan : 1
Specific Gravity : 1.88
Kilap : Dull
Belahan : -
Pecahan : Earthy
Tenacity : Brittle
Kelompok : Borates ; Hydrous borates

2. Topaz


Rumus Kimia : Al2SiO4(F,OH)2
Warna : Colorless, putih,kuning, orange, coklat, pink,
ungu cerah, abu-abu, biru cerah, biru kehijauan
hijau
Gores : Colorless
Kekerasan : 8
Specific Gravity : 3.4 - 3.6
Kilap : Vitreous
Belahan : 1,3 - basal
Pecahan : Subconchoidal
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates




U



1. Uraninite


Rumus Kimia : UO2
Warna : Hijau sampai coklat kehitaman, hitam
Gores : Coklat kehitaman, coklat keabu-abuan, olive- hijau
Kekerasan : 5 - 6
Specific Gravity : 6.4 - 10.6
Kilap : Submetallic, greasy, pitchy, atau dull
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Oxides ; Simple Oxides



2. Uvarovite


Rumus Kimia : Ca3Cr2Si3O12
Warna : hijau cerah, hijau kecoklatan, hijau kemerahan
Gores : Colorless
Kekerasan : 7 - 7½
Specific Gravity : 3.7 - 3.8
Kilap : Vitreous sampai adamantine
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates ; Garnet group








V



1. Vanadinite


Rumus Kimia : Pb5(VO4)3Cl
Warna : Merah cerah, orange, coklat, kuning kecoklatan
Gores : Kuning terang mendekati putih
Kekerasan : 2½ - 3
Specific Gravity : 6.7 - 7.2
Kilap : Greasy sampai adamantine
Belahan : -
Pecahan : Conchoidal sampai uneven
Tenacity : Brittle
Kelompok : Phosphates ; Vanadates ; Apatite group




W



1. Witherite







Rumus Kimia : BaCO3
Warna : Putih,cream, putih keabu-abuan, dan kuning
Gores : Putih
Kekerasan : 3 - 3½
Specific Gravity : 4.3 - 4.6
Kilap : Kaca
Kelompok : Carbonates ; Aragonite group







Z



1. Zircon







Rumus Kimia : ZrSiO4
Warna : Tidak berwarna,pputih, abu-abu,hitam, coklat,
merah
Gores : Tidak berwarna
Kekerasan : 7½.
Specific Gravity : 4.6 - 4.8
Kilap : Greasy to adamantine
Kelompok : Silicates ; Nesosilicates